Senin, 21 April 2008

KEMENANGAN POLITIK MERUPAKAN KEMENANGAN DAKWAH

KEMENANGAN POLITIK MERUPAKAN KEMENANGAN DAKWAH

Adalah merupakan sunnatullah bahwa tahapan dakwah akan melalui medan politik (mihwar siyasi). Dimana dalam mihwar ini merupakan tahapan yang strategis untuk melakukan kemaslahatan bagi orang banyak, baik yang muslim maupun yang non muslim, sehingga Islam sebagai rahmatan lil alamin bukan sekedar angan-angan bagi umat manusia melainkan menjadi bukti nyata yang dapat dirasakan oleh seluruh alam.

Untuk mencapai serta mewujudkan cita-cita yang besar ini tentunya diperlukan kerja yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan (istimroriyah) yang dilakukan oleh kader-kader dakwah disegala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang politik. Dimana telah kita ketahui bersama bahwa dakwah dalam bidang politik sungguh mempunyai nilai yang sangat strategis untuk melakukan perubahan yang mengarah kepada kebaikan kehidupan manusia.

Kalangan pergerakan dakwah menyadari bahwa agar tercapainya cita-cita sosial politik manusia sangat tergantung sejauh mana ia mampu mewujudkan 2 (dua) hal, yaitu : Pertama, terwujudnya sebuah sistem tatanan politik yang baik (kemenangan politik); Kedua, terwujudnya keshalihan setiap warga (individu) atau syakhsiyatul Islamiyah.

Mewujudkan sistem tatanan politik yang baik

Mengingat mihwar siyasi merupakan wilayah dakwah yang berresiko tinggi, maka Rasulullah SAW mensejajarkan nilai dakwah dalam wilayah ini dengan nilai syahadah (mati syahid) dalam satu peperangan di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda: " Sesungguhnya diantara jihad yang paling besar adalah kata-kata yang adil (benar) di hadapan penguasa yang dzalim. " -- " Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan orang yang berdiri tegak dihadapan pemimpin yang dzalim kemudian ia melakukan amar ma'ruf nahi munkar dan karena itu ia terbunuh. "

Kenyataan yang kita hadapi adalah bahwa amal siyasi (aktivitas politik) dalam Islam merupakan bagian integral dari amal Islami. Oleh karena itu aktivitas politik yang dilakukan seorang muslim hendaknya selalu melekat (inheren) dengan aktivitas keislamannya. Maka kenyataan itu semakin memperjelas betapa pentingnya amal siyasi bagi setiap muslim dan setiap pergerakan islam.

Untuk mencapai dan mewujudkan sistem tatanan politik yang baik, maka kita harus memobilisasi kekuatan politik ummat hingga membuahkan kemenangan politik. Dan kemenangan politik ini hanya bisa kita dapatkan salah satunya dengan melalui sebuah tahapan atau proses yang dinamakan Pemilu. Oleh karena itu marilah kita bekerja sama dalam amal siyasi dengan segala kekuatan yang kita miliki dari tingkat DPP hingga DPRa. Mulailah dari sekarang untuk merapatkan shaf (barisan), meluruskan niat, mempersiapkan aspek psikologis para kader dan massa pendukung berkaitan dengan konsekuensi logis bahwa kemenangan politik dalam mihwar siyasi ini tidak terlepas dari ujian Allah (sunnatullah) baik itu berupa kemenangan politik dengan menempatkan kader-kader dakwah di Parlemen serta Pemerintahan maupun berupa kekalahan politik dalam proses pemilu. Namun ketahuilah para pendukung keadilan, bahwa sesungguhnya kemenangan hakiki adalah ketika amal yang kita lakukan bernilai disisi Allah SWT (mendapat ridha Allah SWT) dan keyakinan seorang muslim bahwa Islam pasti menang, apakah dengan mendapatkan kehidupan yang mulia atau menemui kesyahidan di jalan-Nya.

Mewujudkan atau membentuk keshalihan individu (Syakhsiyatul Islamiyah)

Ketika sistem tatanan politik telah terwujud tentunya diperlukanindividu-individu atau masyarakat yang siap melaksanakan kebijakan-kebijakan politis yang dihasilkan. Sehingga pembentukkan keshalihan individu atau Syakhsiyatul Islamiyah adalah merupakan sebuah keharusan. Dua hal ini ibarat dua sisi mata uang, artinya kita tidak bisa meninggalkan satu sisi atau mewujudkan hanya sisi yang lain.

Bagaimana mungkin kita hanya mewujudkan sistem tatanan politik yang baik tanpa membentuk pribadi-pribadi yang siap melaksanakan kebijakan politis yang diambil, kita tidak ingin seperti yang terjadi di negara Sudan dimana ketika pada tatanan politik sudah terwujud namun masyarakat Sudan sendiri belum siap melaksanakannya sehingga kebijakan-kebijakan politis yang diambil menjadi kontra produktif bagi pemerintahan.

Pembentukan syakhsiyatul islamiyah tidak hanya pada tatanan pelaksana kebijakan saja tetapi juga pada tatanan pengambil kebijakan. Kita tidak ingin memiliki pemerintahan yang otoriter, korup dan lain sebagainya sehingga kebijakan yang diambil membawa dampak yang negatif dan menzhalimi rakyatnya. Kita menginginkan sebuah pemerintahan yang berkeadilan yang dapat menjadi rahmatan lil alamin tidak hanya bagi negeri ini melainkan di atas muka bumi ini.

Tentunya dari pembentukkan pribadi-pribadi yang islami ini diharapkan akan munculnya keluarga-keluarga yang islami, yang secara langsung akan membentuk bi'ah (lingkungan) yang islami, yang disatu sisi siap menjalankan kebijakan-kebijakan politis dan strategis dari pemerintah. Sedangkan disisi yang lain menjadi pengontrol kebijakan pemerintah, sehingga amar ma'ruf dan nahi munkar antara pengambil kebijakan (pemerintah) dengan pelaksana kebijakan (rakyat) dapat diwujudkan.

Jikalau kondisi ini dapat diwujudkan maka insya Allah kita termasuk ummat yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam Alquran surat Ali Imran ayat 110 : " Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah … "

Wallahua'lam.

Tidak ada komentar: